Menghantar Anak Kepada Orang Tua Itu D0sa Islam Pun Turut Melarangnya

Join Telegram Islam Itu Sempurna Di Bawah

Telegram

Menghantar Anak Kepada Orang Tua Itu D0sa Islam Pun Turut Melarangnya

Bagi pasangan suami isteri yang bekerja, pengasuhan anak menjadi salah satu hal yang cukup memeningkan. Apalagi jika kedua-duanya bekerja dari pagi hingga malam, keluar gelap pulang gelap. Dihantar ke pembantu risau salah asuhan maka tak sedikit orang tua yang kemudian menghantarkan anak-anaknya kepada orang tua atau mertua.

Sekilas memang orang tua yang diamanahkan menjaga anak tidaklah keberatan kerana setiap atuk dan nenek pasti senang bersama cucu-cucunya. Akan tetapi faktanya tidaklah selalu demikian apalagi tingkah anak-anak nakal seringkali memerlukan lebih usaha untuk menjaganya. Malah sebagai orang tua anda akan mendapat d0sa jika menghantarkan anak kepada orang tua.

Hu kum menghantarkan anak kepada orangtua

Menghantarkan anak kepada orang tua bukanlah tindakan yang tepat apalagi mengasuh dan menjaga cucu, bukanlah pekerjaan ringan maka jika hal ini dilakukan justru menjadi kez4liman kepada orang tua. Apakah bijak membebani orang tua yang sudah uzur dengan tanggung jawab yang memerlukan kekuatan fizik dan mental seperti itu?

Orang tua yang sudah kurang tenaga sudah seharusnya diperlakukan dengan baik dan lemah lembut. Sebagaimana yang dipesankan allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. al Israa’: 23)

Ayat ini menegaskan bahawa orang tua yang sudah berusia lanjut memerlukan perlakuan khusus, berkata-kata pun harus berhati-hati agar tidak melu kai perasaan mereka.

Orang tua yang lanjut usia fiziknya tidak bagus

Orang lanjut usia pastinya mengalami berbagai perubahan mulai dari fizik hingga psikologi. Ada kalanya perubahan tersebut menjadikan mereka lebih sensitif dan mudah tersing gung. Tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak semestinya ada pada orang tuanya, bukan atuk dan neneknya ataupun guru-guru di sekolah. Inilah yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Kalian semua adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinan kalian. Pemimpin diantara manusia dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. Laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya. isteri adalah pemimpin dalam rumah tangga serta anak-anak suaminya dan dia akan ditanya tentang mereka. Budak adalah pemimpin bagi harta tuannya dan dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah bahawa kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksud dengan pemimpin dalam hadits ini adalah orang yang dipercaya untuk mengurus apa yang dibawah kepemimpinannya dan juga akan melakukan hal-hal yang baik bagi yang dipimpinnya.

Jika ia lalai menjalankan kepercayaan itu maka ia akan bertanggung jawab terhadap kelalaiannya. Begitu juga anak-anak, pada hakikatnya dia adalah amanah yang allah percayakan kepada setiap orang tua.

Jika orang tua melalaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya yang mengakibatkan terjadinya hal-hal yang kurang baik terhadap anaknya maka orang tualah yang akan dimintai pertanggung jawaban apalagi jika alasan melalaikan tanggung jawab tersebut hanya kerana ingin mengejar karier atau cita-cita pribadi.

Pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak

Digambarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Bapak dan ibunyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi.” (HR. Bukhari)

Hadits nabi ini menggambarkan besarnya peran kedua orang tua dalam mengarahkan anak, bukan saja baik atau buruknya agama anak tapi juga bisa menjadikan anak pindah agama. Memang biasanya nenek atau atuk pastilah senang dengan cucu-cucunya tapi jika sudah menghantarkan sepanjang hari, setiap hari, setiap minggu maka ini namanya bukan lagi menyenangkan tapi sudah membebani, merepotkan, dan menyusahkan.

Oleh kerana itu setiap orang tua hendaknya kembali memikirkan apa motifnya menghantarkan anak-anak kepada atuk atau neneknya sebab jika sampai menyusahkan maka orang tua bisa terkena dua kesalahan :

  • Kesalahan kerana mengabaikan kewajiban mendidik anak.
  • Kesalahan menga niaya orang tua (mertua).

Akan tetapi jika menghantarkan anak-anak kepada atuk dan neneknya itu bersifat insidentil atau sesekali dan itu pun hanya sebentar sehingga tidak menyusahkan bahkan membuat senang hati atuk dan neneknya maka tentu saja hal ini bisa menjadi amal shalih kerana bagian dari menyenangkan orang tua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang atuk juga memiliki banyak momen kebersamaan dengan cucu-cucunya khususnya Hasan dan Husain putra dari Fatimah binti Muhammad dan ali bin abi Thalib bahkan momen-momen yang serius pun beliau tidak kuasa menahan dirinya untuk menggendong cucu-cucunya.

Diriwayatkan dari Buraidah radhiyallahu ‘anha ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, datanglah Hasan dan Husain dengan berlari. Sebelum sampai di hadapan Sang Nabi, kedua cucu beliau itu terjatuh. Beliau pun menghentikan khutbahnya, mendatangi, dan menggendong, lalu meletakkan kedua cucunya di samping beliau berkhutbah. Kemudian beliau bersabda:

“Aku melihat kedua anak ini berjalan dan terja tuh” lanjut beliau “Dan aku tak bisa bersabar sampai aku memotong khutbahku dan mengangkat mereka.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban).

Keakraban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cucunya juga tampak dari hadits Salamah bin al akwa yang ketika itu menuntun tunggangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki tunggangannya itu bersama kedua cucunya Hasan dan Husain. Satu duduk di depan dan satunya lagi duduk di belakang beliau. Bahkan senangnya hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama cucunya juga bisa dilihat dari kebersamaannya bersama cucu angkatnya Usamah bin Zaid yang merupakan putra dari anak angkatnya Zaid bin Haritsah.

Usamah saat itu digendong Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Hasan dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Ya Allah, cintailah keduanya. Sesungguhnya aku mencintai mereka berdua.”

Dalam riwayat lain, Imam Bukhari mencatat cucu angkatnya yang bernama Usamah bin Zaid pernah dipangku di salah satu paha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian Hasan yang datang belakangan dipangku di paha beliau yang lain. Sambil memeluk keduanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ya Allah, sayangilah keduanya. Sesungguhnya aku menyayangi mereka berdua.”

Sumber : jagabudak

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*